Reboisasi di Pegunungan Kendeng Utara Suatu Dilematis Oleh : Nurjayanti, S. Pd.
Pegunungan
Kendeng Utara adalah wilayah pegunungan kapur yang membentang di bagian utara
Pulau Jawa, Kabupaten Pati, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Bojonegoro,
hingga Kabupaten Lamongan. Pegunungan Kendeng Utara merupakan bentangan bukit
berupa batuan kapur atau karst. Pada 1998-2000, terjadi pembalakan liar masif
di kawasan tersebut. Akibatnya, kawasan pegunungan tersebut menjadi rusak dan
gundul. Selain adanya pembalakkan liar, kawasan tersebut juga menjadi salah
satu alih fungsi lahan. Oleh karenanya, reboisasi merupakan penanggulangan
mendesak yang dilakukan karena sejumlah daerah di bagian bawah gunung terus
terancam banjir.
Reboisasi
merupakan penanaman hutan kembali, yakni hutan yang sudah gundul agar dapat
berfungsi dengan baik, yakni sesuai dengan peruntukkannya lagi. Pemerintah
daerah juga mendukung penuh rencana reboisasi tersebut. Berbagai elemen
masyarakat bergerak melakukan penanaman pohon di lahan kritis Pegunungan
Kendeng dibawah pantauan Perhutani. Pihak Perhutani menyediakan berbagai macam
bibit tanaman seperti tanaman petai, pohon buah, hambu, jengkol, nangka dan
tanaman keras lainnya. Tanaman tersebut akan diletakkan di lokasi rawan banjir
yang terdapat di daerah tertinggi yang jika hutan gundul akan mengakibatkan
banjir. Tidak sekedar menanam, pihak perhutani mengaku akan melakukan
pengawasan secara berkelanjutan untuk memastikan bibit yang ditanam bisa tumbuh
dan hidup dengan baik. Selain dari Perhutani, kontrol langsung juga ada di
masyarakat sekitar, termasuk aparat TNI dan Polri yang akan mengawasi semua
agar tanaman bisa hidup dengan baik.
Setelah
itu, pengelolaan hutan oleh masyarakat menjadi kurang optimal karena ada alih
fungsi lahan menjadi perladangan tanaman semusim. Tanaman semusim adalah
tanaman yang hidup hanya untuk satu musim. Dalam hal ini, tanaman semusim yang
dijumpai di sekitar kawasan Kendeng tersebut adalah tanaman jagung. Masyarakat
banyak yang menyalahgunakan lahan tersebut untuk keperluan pribadi. Mereka
melakukan penanaman tanaman jagung di sekitar lahan yang dilakukan reboisasi.
Kegiatan tersebut semakin lama semakin meluas. Dengan adanya kegiatan
masyarakat tersebut, tanaman reboisasi yang digalakkan oleh Pemerintah daerah
dan berbagai elemen yang ikut serta menjadi kurang optimal. Banyak tanaman
reboisasi yang mati dikarenakan terganggu dengan tanaman jagung masyarakat yang
ditanam di setiap celah antar tanaman reboisasi. Hal ini dikarenakan asupan
nutrisi untuk tanaman reboisasi menjadi kurang optimal karena berebut dengan
tanaman jagung di sekitarnya.
Kegiatan
penanaman tanaman semusim oleh masyarakat ini tidak lain atau tidak bukan
adalah dikarenakan untuk menyokong ekonomi masyarakat sekitar itu sendiri.
Sebagian masyarakat sekitar menggantungkan nasibnya dari hasil pertanian dengan
memanfaatkan lahan yang ada. Jadi, kegiatan reboisasi yang digalakkan dan di
dukung banyak elemen masyarakat tersebut seperti sesuatu yang dilematis.
Mengapa demikian? reboisasi merupakan salah satu cara pemerintah untuk
menanggulangi banjir di daerah tersebut karena hutan yang gundul, namun
masyarakat juga butuh bertahan hidup untuk mencukup kebutuhannya sehari-hari.